Suhu Udara
Suhu udara merupakan gambaran umum keadaan energi suatu benda. Namun, tidak semua bentuk energi yang dikandung suatu benda dapat diwakili oleh suhu udara, seperti energi kinetik. Suhu udara dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer dan merupakan unsur iklim yang sangat penting. Suhu udara ini berubah sesuai dengan tempat dan waktu (Wikipedia, 2011). Suhu udara akan berfluktuasi dengan nyata selama setiap periode 24 jam (variasi diurnal).
Fluktuasi suhu udara berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di atmosfer. Serapan energi radiasi matahari oleh bumi akan menyebabkan suhu udara meningkat. Pada variasi diurnal, suhu maksimum tercapai beberapa saat setelah radiasi maksimum.
Suhu dipermukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor: (1) jumlah radiasi yang diterima per tahun, per hari, dan per musim; (2) pengaruh daratan atau lautan; (3) pengaruh ketinggian tempat, Braak memberikan rumusan sebagai berikut: makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut maka suhu akan semakin rendah; (4) pengaruh angin secara tidak langsung; (5) tipe tutupan lahan, tanah yang ditutupi vegetasi yang memiliki suhu udara lebih rendah daripada tanah tanpa vegetasi; (6) pengaruh panas laten, yaitu panas yang disimpan dalam atmosfer; (7) tipe tanah, tanah yang gelap indeks suhunya lebih tinggi; (8) pengaruh sudut datang sinar matahari, sinar yang tegak lurus akan membuat suhu udara lebih panas daripada yang datangnya miring (Prawirowardoyo, 1996 dan Kartosapoetra, 2006).
|
Ilustrasi Pengukur Suhu Udara
yang Menunjukan peningkatan Suhu Udara di Riau |
Suhu udara menggambarkan panas dinginnya suatu benda. Menurut Handoko (1995), suhu udara sangat erat berhubungan dengan radiasi matahari. Pada siang hari radiasi terlebih dahulu akan memanaskan tajuk bagian atas kemudian makin ke bawah dan akhirnya lantai hutan. Pada malam hari pendinginan dimulai dari tajuk bagian atas dan akhirnya lantai hutan sehingga suhu udara terendah terdapat pada tajuk bagian atas dimana panas yang hilang relatif lebih besar daripada bagian hutan lainnya. Oleh sebab itu, tajuk hutan bagian atas merupakan suatu permukaan radiasi yang aktif. Pada umumnya, daerah bervegetasi yang tumbuh baik mampu menekan suhu udara rata-rata tahunan sebesar 1áµ’C sampai 2 C. Fluktuasi suhu udara harian di daerah yang bervegetasi sangat rapat akan jauh lebih kecil dibandingkan daerah terbuka.
T rata-rata harian = (2T07.30+T13.30+T17.30)/4
T : suhu
Di daerah tropis, manusia akan merasa relatif nyaman jika berada pada suhu udara sekitar 27-28áµ’C. Suhu udara yang cukup panas pada suatu area selain karena radiasi matahari yang tinggi yaitu rata-rata 50%, juga karena pantulan dari perkerasan jalan, bangunan maupun pantulan perkerasan lainnya yang ada pada tapak (Laurie, 1986).
Kelembaban Udara
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara. Menurut Handoko (1995), kelembaban udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi, maupun defisit tekanan uap air. Tekanan uap jenuh tergantung suhu udara, dimana semakin tinggi suhu udara maka kapasitas untuk menampung uap air dan kelembaban udara rendah. Kelembaban udara juga berhubungan dengan keseimbangan energi, karena merupakan ukuran banyaknya energi radiasi berupa bahang laten yang dipakai untuk menguapkan air terdapat di permukaan yang menerima radiasi. Makin banyak air yang diuapkan makin lembab udaranya (Lakitan,1994).
Kelembaban udara yaitu banyaknya kadar uap air yang ada di udara. Angka kelembaban relatif berkisar antara 0-100%, dimana 0% artinya udara kering, sedangkan 100% artinya udara jenuh dengan uap air, dimana akan terjadi titik-titik air. Keadaan kelembaban yang tertinggi ada di khatulistiwa, sedangkan yang terendah pada lintang 40áµ’C, yang curah hujannya relatif kecil (Prawirowardoyo, 1996).
Keterkaitan suhu udara dan kelembaban udara berhubungan dengan pengembangan dan pengerutan udara. Semakin tinggi suhu udara, kapasitas udara menampung uap air persatuan volume udara juga semakin besar. Oleh sebab itu, pada tekanan uap aktual yang tetap, kelembaban udara (RH) akan lebih kecil bila suhu udara meningkat dan akan menurun jika suhu udara turun. RH mencapai maksimum pada pagi hari sebelum matahari terbit, yang dapat menyebabkan proses pengembunan bila udara bersentuhan dengan bidang atau permukaan yang suhu udaranya lebih rendah dari suhu udara titik embun (Handoko, 1995).
Perubahan kelembaban udara tidak terlalu jelas karena suhu harian yang juga sangat kecil. Besarnya kelembaban udara relatif suatu area merupakan faktor yang dapat menstimulasi curah hujan. Di Indonesia, kelembaban udara relatif rata-rata harian atau bulanan relatif tetap sepanjang tahun, dengan kelembaban udara relatif tertinggi pada musim hujan dan terendah pada musim kemarau. Kelembaban udara relatif yang tinggi merupakan suatu kondisi lingkungan yang tidak nyaman bagi manusia. Kelembaban udara relatif yang ideal dimana manusia dapat beraktivitas dengan nyaman adalah sekitar 40-75% (Laurie, 1989). Pada dasarnya manusia lebih toleran terhadap kelembaban udara relatif yang lebih tinggi daripada terhadap suhu udara yang tinggi.
Walaupun peningkatan kelembaban udara di daerah tropis menyebabkan kenyamanan manusia berkurang, namun gerakan air akan menimbulkan kesejukan dari segi psikologis. Posisi suatu area terhadap elemen air mempengaruhi efek penyejukan air terhadap iklim mikro area tersebut, dimana area yang terletak pada sisi arah datangnya angin dari danau tidak akan mendapatkan keuntungan dari efek penyejukan oleh angin yang bertiup melintasi danau (Brooks, 1988). Elemen penutup permukaan lahan yang berbeda sifatnya akan memberikan tingkat kelembaban udara yang berbeda pula. Pepohonan dapat meningkatkan kelembaban udara relatif lingkungan yang dinaunginya dan diperlukan untuk memberikan keteduhan yang dapat menurunkan suhu udara lingkungan (Lakitan, 1994).
No comments:
Post a Comment