Bloggerende

Kumpulan Beragam Informasi Ilmu Geografi

Monday, 24 August 2015

Persebaran, Ciri Utama dan Pengolahan Tanah Ultisol

PERSEBARAN TANAH ULTISOL

Ultisol hanya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 80C. Ultisol adalah tanah dengan horizon argilik atau kandik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kaurang dari 35 persen, sedang kejenuhan basa pada kedalaman kurang dari 1,8 m dapat lebih rendah atau lebih tinggi dari 35 persen. 

Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia banyak ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum dipergunakan untuk pertanian. Terdapat tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Daerah-daerah ini direncanakan sebagai daerah perluasan areal pertanian dan pembinaan transmigrasi. Sebagian besar merupakan hutan tropika dan padang alang-alang.

Penyebaran Ultisol yang luas di Indonesia menunjukkan potensinya yang besar untuk digunakan sebagai lahan pertanian. Namun kandungan bahan organik yang rendah, reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa yang rendah, kadar Al yang tinggi, dan kadar unsur hara yang rendah merupakan penghambat utama untuk tanah ini bagi pertanian (Hardjowigeno, 1993). Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat tanah Ultisol adalah dengan cara pengapuran untuk menaikkan pH tanah, penambahan bahan organik serta pemupukan untuk penyediaan unsur hara (Tan, 2007).

Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.



baca Baca kembali,


Problema Tanah ini adalah reaksi masam, kadar Al tinggi sehingga menjadi racun tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsure hara rendah, diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan. Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%.
• Mengalami proses pecucian sangat efektif.
• Kadar mineral lapuknya sangat rendah.
• Kejenuhan Al , Fe dan Mn tinggi .
• Kadar bahan organik rendah dan kadar N rendah .
• Kandungan fosfor dan kalium tanah rendah.
• Daya simpan air terbatas.
• Kedalaman efektif terbatas.

PENGOLAHAN TANAH ULTISOL
Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala (constrain) yang ada pada Ultisol ternyata dapat merupakan lahan potensial apabila iklimnya mendukung. Tanah Ultisol memiliki tingkat kemasaman sekitar 5,5 (Munir, 1996).

Cara Pengolahan:
  • Untuk meningkatkan produktivitas tanah dapat dilakukan melalui pemberian kapur, pemupukan , penambahan BO, dan penanaman tanaman adaptif.
  • Penerapan teknik budidaya tanaman lorong ( tumpang sari ), terasiring, drainase dan pengolahan tanah yang seminim mungkin.
  • Memperbanyak tanaman penutup tanah seperti rumput atau alang-alang.
  • Melakukan rotasi tanaman untuk menjaga ketersediaan unsur hara.
  • Tanah ini sebaiknya tidak digunakan untuk pertanian tanaman pangan terlalu intensif, dalam arti jangan ditanami tanaman semusim sepanjang tahun, tetapi perlu diselingi dengan tanaman pupuk hijau, serta lebih ditingkatkan penggunaan dan penanaman berbagai jenis tanaman leguminosa.
  • Ultisol di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia (Subagyo et al. 2004).

No comments:

Post a Comment