PERSEBARAN TANAH ULTISOL
Ultisol hanya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu
tanah rata-rata lebih dari 80C. Ultisol adalah tanah dengan horizon argilik
atau kandik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa (jumlah
kation) pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kaurang dari 35 persen,
sedang kejenuhan basa pada kedalaman kurang dari 1,8 m dapat lebih rendah atau
lebih tinggi dari 35 persen.
Tanah ini umumnya
berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia banyak ditemukan di daerah dengan
bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan bagian terluas dari lahan
kering di Indonesia yang belum dipergunakan untuk pertanian. Terdapat tersebar
di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Daerah-daerah ini
direncanakan sebagai daerah perluasan areal pertanian dan pembinaan
transmigrasi. Sebagian besar merupakan hutan tropika dan padang alang-alang.
Penyebaran Ultisol yang
luas di Indonesia menunjukkan potensinya yang besar untuk digunakan sebagai
lahan pertanian. Namun kandungan bahan organik yang rendah, reaksi tanah yang
masam, kejenuhan basa yang rendah, kadar Al yang tinggi, dan kadar unsur hara
yang rendah merupakan penghambat utama untuk tanah ini bagi pertanian (Hardjowigeno,
1993). Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat tanah Ultisol adalah
dengan cara pengapuran untuk menaikkan pH tanah, penambahan bahan organik serta
pemupukan untuk penyediaan unsur hara (Tan, 2007).
Tanah yang termasuk ordo
Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah,
bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah
kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah
Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.
Baca kembali,
Problema Tanah ini adalah reaksi masam, kadar Al tinggi
sehingga menjadi racun tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsure hara rendah,
diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan. Tanah yang termasuk ordo Ultisol
merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat
masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari
35%.
• Mengalami proses pecucian sangat
efektif.
• Kadar mineral lapuknya sangat rendah.
• Kejenuhan Al , Fe dan Mn tinggi .
• Kadar bahan organik rendah dan kadar N
rendah .
• Kandungan fosfor dan kalium tanah rendah.
• Daya simpan air terbatas.
• Kedalaman efektif terbatas.
PENGOLAHAN TANAH ULTISOL
Tanah Ultisol sering
diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa
dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan pengelolaan yang
memperhatikan kendala (constrain) yang ada pada Ultisol ternyata dapat
merupakan lahan potensial apabila iklimnya mendukung. Tanah Ultisol memiliki
tingkat kemasaman sekitar 5,5 (Munir, 1996).
Cara Pengolahan:
- Untuk meningkatkan produktivitas tanah dapat
dilakukan melalui pemberian kapur, pemupukan , penambahan BO, dan
penanaman tanaman adaptif.
- Penerapan teknik budidaya tanaman lorong (
tumpang sari ), terasiring, drainase dan pengolahan tanah yang seminim
mungkin.
- Memperbanyak tanaman penutup tanah seperti rumput
atau alang-alang.
- Melakukan rotasi tanaman untuk menjaga
ketersediaan unsur hara.
- Tanah ini sebaiknya tidak digunakan untuk
pertanian tanaman pangan terlalu intensif, dalam arti jangan ditanami
tanaman semusim sepanjang tahun, tetapi perlu diselingi dengan tanaman
pupuk hijau, serta lebih ditingkatkan penggunaan dan penanaman berbagai
jenis tanaman leguminosa.
- Ultisol di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,
mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia
(Subagyo et al. 2004).
No comments:
Post a Comment