Bloggerende

Kumpulan Beragam Informasi Ilmu Geografi

Tuesday, 20 January 2015

9 Kebohongan Tentang Global Warming

1. Karbondioksida adalah polutan 

Karbondioksida merupakan gas non-toksik yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa yang penting bagi semua kehidupan di bumi. Semua tumbuh-tumbuhan hijau memerlukan karbondioksida untuk proses fotosintesis yang akan menghasilkan makanan bagi tumbuhan dan oksigen bagi manusia dan hewan. Dengan meningkatnya karbondioksida maka kecepatan pertumbuhan tanaman juga akan meningkat. Contohnya, meningkatnya konsentrasi karbondioksida di atmosfer dari 325 ppmv (parts per million by volume) pada tahun 1970 menjadi 375 ppmv saat ini, menjadikan hasil panen gandum Australia meningkat selama 30 tahun terakhir, yang merupakan bagian dari pengayaan karbondioksida.
2. Abad ke 20 merupakan abad terpanas dalam sejarah dan dekade 1990-2000 merupakan yang     terpanas.

Global Warming
Ilustrasi Global Warming
Konferensi pers atas peluncuran Third Assessment Report oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) menunjukkan grafik temperatur belahan bumi utara dari tahun 1000 sampai 2000, grafik ini dikenal sebagai Mann’s Hockey Stick. Dari tahun 1000-1900 tMedieval Warm Period, dari tahun 800 sampai 1300, periode yang cukup hangat dimana Vikings dapat mendirikan koloni di Greenland yang berlangsung selama 300 tahun, tidak dimasukkan kedalam grafik!!! Periode Little Ice Age dari tahun 1560 sampai 1850 juga dihapus dari grafik ini.
emperatur belahan bumi utara digambarkan mendingin 0.2°C. Dari tahun 1900-2000 temperatur menghangat 0.6°C. Tujuan dari grafik ini untuk meligitimasi klaim bahwa pemanasan pada abad ke-20 merupakan kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya; yaitu karena emisi anthropogenik (ulah manusia) karbondioksida; yang menuntut kebijakan dekarbonisasi harus diimplementasikan secepatnya. Tapi, periode

Medieval Warm Period ini merupakan fenomena global. Pada periode ini, Eropa menikmati kemakmuran pertanian dengan melimpahnya makanan dan pesatnya pertumbuhan populasi. Kala itu mereka membuat proses besar dibidang teknologi, penemuan seperti jam mekanik dan kincir angin, pendirian katedral besar, dan pembangunan kota dagang seperti Venice, Amsterdam, dan London. Merupakan suatu ironi bahwa para global warmers harus menghapus era yang luar biasa ini dari kampanye mereka.
Global Warming
Ilustrasi Global Warming Hoax Belaka
3. Bukti yang menyatakan emisi anthropogenik (ulah manusia) karbondioksida menentukan     pemanasan saat ini.

Jika kita memplotkan temperatur global dan konsentrasi karbondioksida di atmosfer pada periode 1970-2000, kita akan mendapatkan korelasi yang beralasan, dan tampak masuk akal untuk mengatakan bahwa emisi anthropogenik yang menyebabkan pemanasan global. Korelasi yang baik tidak membuktikan sebab akibat antar dua variable, dan yang lebih penting, jika kita memperluas skalanya dan memplotkan konsumsi bahan bakar fosil (yang mewakili emisi anthropogenik) dengan perubahan temperatur dari 1860 sampai 2000, kita akan melihat tidak ada korelasi sama sekali.

4.Konsensus ilmiah yang menyatakan emisi anthropogenik CO2 telah menyebabkan pemanasan     global yang signifikan dan harus segera dibatasi untuk mencegah malapetaka di masa depan.

Beberapa hari sebelum COP (Conference of the Parties), sebuah pertemuan negara-negara yang meratifikasi UNFCCC (United Nation Framework Convention on Climate Change), yang diselenggarakan di Buenos Aires Desember 2004, Jurnal Science dipublikasikan Dr Naomi Oreskes, professor di University of California di San Diego. Dia mengklaim telah menganalisis abstrak – menggunakan keywords ‘climate change’- dari semua paper ilmiah yang terdaftar pada ISI database pada dekade 1993-2003. Tujuh puluh lima persen dari 928 abstrak yang dia analisis (yaitu 695) masuk kedalam kategori ‘baik secara implisit atau eksplisit menerima pandangan konsensus’. Untuk pertama kalinya bukti empiris menunjukkan kebulatan suara dengan konsensus terhadap emisi anthropogenik pada global warming.

Dr Benny Peiser dari John Moores University di Liverpool memutuskan untuk meniru studi ini. Dia menemukan bahwa pencarian pada ISI database menggunakan keyword ‘climate change’ dari tahun 1993-2003 menunjukkan hampir 12.000 paper yang dipublikasikan dipertanyakan. Orekes kemudian mengakui bahwa dia menggunakan keywords ‘global climate change’. Hal ini mengurangi paper yang di-review menjadi 1247 yang mana yang telah diabstrakkan berjumlah 1117. Dari 1117 abstrak, hanya 13 (1%) yang secara eksplisit mendukung ‘pandangan konsensus’. Tiga puluh empat abstrak ditolak atau dipertanyakan tentang pandangan bahwa manusia adalah pendorong utama ‘pemanasan selama lebih dari 50 tahun pengamatan’. Orakes mengklaim bahwa ‘tidak ada satupun paper yang menentang [bahwa climate change saat ini alami]. Tapi, 44 paper menekankan bahwa faktor alam memainkan peranan penting ,jika tidak, merupakan kunci dari climate change saat ini.

Dr Preiser mengirim surat ke Science untuk memuat hasil investigasinya. Science menolak untuk mempublikasikannya. Hendrik Tennekes, ahli fisika turbulen dunia, yang baru pensiun dari Director of Research, Royal Netherlands Meteorological Institute:

Kekolotan para ahli climate menyebabkan kesalahpahaman yang disebabkan oleh pembicara, seperti yang dilakukan IPCC, tentang dasar ilmiah Climate Change. Karena itu, saya merespon ideology itu dengan menyatakan bahwa tidak mungkin fisika dapat menghasilkan dasar ilmiah yang dapat diterima secara universal untuk digunakan untuk mengambil kebijakan tentang climate change.”

Garth Paltridge dari Australia, ilmuan terkemuka yang telah pensiun dari jabatannya sebagai Director of the Antarctic CRC and IASOS di University of Tasmania, berkomentar:

“Tiap laporan [IPCC Assessment Report] diutarakan dengan cara tertentu agar tampak lebih meyakinkan dibandingkan laporan terakhir bahwa pemanasan rumah kaca berpotensi menyebabkan bencana kemanusiaan. Keyakinan itu tidak berasal dari cabang ilmu manapun. Tapi itu merupakan fungsi dari betapa kuatnya pernyataan tentang global warming diutarakan tanpa mendapat sanggahan dari komunitas ilmuan. Selama bertahun-tahun, opini dari komunitas itu telah dimanipulasi setidak-tidaknya mendukung secara pasif kampanye untuk mengisolasi – dan tentu saja memperburuk – keraguan ilmiah diluar pusat aktifitas IPCC. Audiens telah diposisikan untuk menerima. Dengan demikian mereka secara bertahap menjadi lebih mudah untuk menjual bencana efek rumah kaca."



Lanjut Baca:  1   2   3















5 comments: