Bidadari dalam genangan kalsa...
Menggigil tubuhnya dengan balutan kain di tangannya
Di pukulkan kepalanya pada dinding tembok kamar mandi
Lalu di suntikkannya cairan kebahagiaanya
Dengan rintik hujan yang menambah syahdu hatinya
Pesta akan segera di mulai
Bidadari dalam genangan kalsa...
Berjalan gontai dengan penuh kepuasan
Nanar melihat semua yang di sekelilingnya
Terbersik dalam hatinya dengan apa dia akan mendapatkan barang haram itu kembali
Hingga akhirnya ia terpana melihat TV di ruang tengahnya
Dengan bangga dia membawa TV itu ke pasar loak di pinggir kota, lalu menggadaikannya
Bidadari dalam genangan kalsa...
Di gank perumahan kumuh bersenandung seseorang
Di hampirinya dengan perasaan senang dan puas orang itu
Dia lalu menyapa lelaki itu dengan begitu hangatnya
“gimana coy, lu udah bawa kagak kehidupannya?”,
“santai ja cuy, lu butuh berapa cepot”?
“kagak banyak, cukup buat 3 hari ja, jadi 2 cepot dech”
“Ok dech, lu butuh hubungi gua yak, tapi lu tau kan no free lunds, ada uang ada barang”
“ siapp dah, gue balik dulu yak, udah gk sabar nyepot ne”
“Ok dah,”
Bidadari dalam genangan kalsa...
Dengan penuh kasih wanita separuh baya itu menyelimutinya
Memandangi wajahnya, bernostalgia dengan masa kecil anaknya ini
Lalu memeluknya, mencium keningnya dan bergegas meninggalkannya
Bidadari dalam genangan kalsa...
Fajar di ufuk timur telah menyingsing
Dengan jubah jubah kuningnya menyapa dengan lembut semuanya
Sisa sisa tetes embun di dedaunan menyegarkan pemandangan
Bidadari dalam genangan kalsa...
Dengan rasa sakit yang teramat sangat dia bangun
Tak tau harus bagaimana menghentikannya
Berjalan menuju gank di perumahan kumuh itu
Ia temui sesosok lelaki dengan lengan penuh bekas suntikan
“cuy gua lagi butuh banget ne”
“Ok cuy, gua kasi, loe bawa pelicinnya kagak?”
“Kagak cuy, tapi gua janji besok akan bayar”
“Oo sory cuy, gua bukan relawan yang ngasi sesuatu dengan gratis”
“Ayolah cuy, gua udah kagak nahan ne”
“Itu bukan masalah gua, gua kan udah perna bilang ma lo, gak ada uang, gak ada barang”
“Anjing lo, bilangnya teman, ayolah cuy, besok gua bayar”
“Elo pikir lo siapa hah, minta ja ama emak lo”
“Anjing lo, bangsaaatttt”
Bidadari dalam genangan kalsa...
Bergetar semua tubuhnya dengan peluh ditubuhnya
Dia sayat sayat lengannya, menghisap darahnya
Tapai semuanya percuma, tetap saja rasa sakitnya menyiksa
Bidadari dalam genangan kalsa...
Malaikat maut dengan pedangya yang terhunus memandang benci padanya
Dengan sisa tenaganya dia berjalan di terik matahari yang membakar
Terus berjalan hingga sampai di suatu taman yang indah
Dengan semua kesakitannya dia baringkan tubhnya di pinggir kolam yang di kelilingi bunga yang indah
Bidadari dalam genangan kalsa...
Samar dia lihat jelita berdiri di sampingnya
Rambutnya lurus hitam, matanya membulat indah, hidungnya yang mancung dengan kulit merona, kemudian bibirnya yang merah senyum dengan anggunyya...
“sonia, kaukah itu?”
“Benar, ini aku yang dulu selalu bersamamu”
Di tarikya dia untuk bangkit duduk di kursi taman lalu di sandarkannya tubuhnya pada pundak sonia
Kemudian mereka bernostalgia dengan masa lalu yang indah, di bentangan hamparan rumput hijau, berkejaran dengan begitu gembiranya
“Mengapa kamu seperti ini?”
“Aku tak tau awalnya aku merasa bahagia dengan semua ini sonia, tapi sekarang entahlah, semuanya berubah menjadi penderitaan”
“Seandainya aku selalu bersamamu”
“Sudahlahla sonia, bukankah sekarang kita bersama”
“Aku ingin seperti dulu”
“Itu tidak akan pernah terjadi, karna mungkin sebentar lagi aku akan pergi jauh”
“Kamu tidak akan pergi jauh, karna sekarang aku akan selalu bersamamu”
“Sonia, kamu sangat cantik, izinkan aku mencium bibirmu untuk terakhir kalinya”
“Ini tidak akan menjadi yang terakhir, ini adalah awal ciuman kita, lakukanlah sekarang kekasihku”
Bidadari dalam genangan kalsa...
Dengan penuh perasaan bahagia dia mengecup bibir itu, lantas menutup matanya dan mengubur rasa sakitnya yang teramat sangat
Jeritan duka sonia menyayat qalbu setiap yang mendengarnya
Bidadari dalam genangan kalsa...
Entahlah apa jadinya, dia menuju cahaya putih, menghilang, redup kemudian sunyi...