Anak adalah karunia terbesar yang diberikan Tuhan Sang Maha Pencipta kepada kita umat manusia. Tentunya setiap orang tua mengidamkan mempunyai anak yang terlahir dengan sempurna baik itu secara fisik ataupun rohani. namun tidak semua hal tersebut terwujud. dalam suatu peristiwa tertentu anak dilahirkan dengan pembawaan tertentu seperti kecacatan fisik dan sebagainya. Tuhan mempunyai rahasia tersendiri sehingga ada anak yang di lahirkan normal dan ada pula yang di lahirkan "istimewa" salah satunya adalah anak tunawicara.
Tunawicara merupakan individu yang mengalami kesulitan berbicara. Hal ini dapat disebabkan oleh kurang atau tidak berfungsinya alat-alat bicara, seperti rongga mulut, lidah, langit-langit dan pita suara. Selain itu, kurang atau tidak berfungsinya organ pendengaran, keterlambatan perkembangan bahasa, kerusakan pada system saraf dan struktur otot, serta ketidakmampuan dalam control gerak juga dapat mengakibatkan keterbatasan dalam berbicara. Di antara individu yang mengalami kesulitan berbicara ada yang s`ma sekali tidak dapat berbicara, dapat mengeluarkan bunyi tetapi tidak mengucapkan kata-kata dan ada yang dapat berbicara tetapi tidak jelas. Bila dibandingkan dengan anak cacat lainnya, penderita tunawicara cenderung tergolong yang paling ringan, karena secara lahiriah mereka tidak kelihatan memiliki kelainan dan tampak seperti orang normal.
Salah satu penyebab yang paling sering terjadi pada tunawicara adalah gangguan pendengaran yang tidak terdeteksi secara dini, karena permasalahan paling mendasar yang dialami seorang tuli adalah kurang mendapat stimulasi bahasa sejak lahir. Masalah yang utama pada diri seorang tunawicara adalah mengalami kehilangan atau terganggunya fungsi pendengaran (tunarungu) dan atau fungsi bicara (tunawicara), yang disebabkan karena bawaan lahir, kecelakaan maupun penyakit. Umumnya anak dengan gangguan dengar (wicara) yang disebabkan karena faktor bawaan (keturunan/genetik) akan berdampak pada kemampuan bicara Walaupun tidak selalu. Sebaliknya anak yang tidak atau kurang dapat bicara umumnya masih dapat menggunakan fungsi pendengarannya walaupun tidak selalu.
Beberapa tanda khusus pada anak sekolah yang menderita tunawicara adalah: sulit mengikuti percakapan normal, selalu memperhatikan mimik atau bibir lawan bicara, sering menghindar dari percakapan, suka menyendiri, bicara keras, nada bicara tidak normal, tidak lancar, dan menggunakan bahasa isyarat.
Disabilitas pendengaran pada umumnya dialami oleh individu yang lahir sebelum waktunya (premature). Penyandang disabilitas bicara ini memiliki beberapa karakteristik antara lain memiliki suara sengau, cadel, bicara tidak jelas dan tidak mengeluarkan suara saat berbicara, cenderung pendiam, pandangan tertuju pada satu obyek, menggunakan komunikasi non verbal dan bahasa tubuh untuk mengungkapkan pendapat, pikiran dan keinginan, serta lebih memilih berkomunikasi secara tertulis.
Anak dengan gangguan dengar/wicara dikelompokan sebagai berikut :
a) Ringan (20 – 30 db)
Umumnya mereka masih dapat berkomunikasi dengan baik, hanya kata-kata tertentu saja yang tidak dapat mereka dengar langsung, sehingga pemahaman mereka menjadi sedikit terhambat.
b) Sedang (40 – 60 db)
Mereka mulai mengalami kesulitan untuk dapat memahami pembicaraan orang lain, suara yang mampu terdengar adalah suara radio dengan volume maksimal
c) Berat/parah (di atas 60 db)
Kelompok ini sudah mulai sulit untuk mengikuti pembicaraan orang lain, suara yang mampu mereka dengar adalah suara yang sama kerasnya dengan jalan pada jam-jam sibuk. Biasanya kalau masuk dalam kategori ini sudah menggunakan alat bantu dengar, mengandalkan pada kemampuan membaca gerak bibir, atau bahasa isyarat untuk berkomunikasi
Menghadapi kenyataan memiliki anak sebagai penyandang gangguan pendengaran atau anak tunawicara tidaklah mudah bagi orang tua, terutama jika dihadapi oleh orang tua yang kurang pemahamannya terhadap semua permasalahan ketunaan tersebut, baik itu tentang apa dan bagaimana ketunawicaraan itu, serta penanganan yang harus dilakukan guna mencapai keberhasilan pada tugas perkembangan anak.
Karakteristik tunawicara:
a. Berbicara keras dan tidak jelas
b. Suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya
c. Telinga mengeluarkan cairan
d. Menggunakan alat bantu dengar
e. Bibir sumbing
f. Suka melakukan gerakan tubuh
g. Cenderung pendiam
h. Suara sengau
i. Cadel
Penanganan
Bila terdapat gejala tersebut di atas lakukanlah pengujian kemampuan pendengaran sederhana dengan Uji Percakapan atau Uji Berbisik kurang dari 4 meter. Lakukan juga pemeriksaan pada telinga luar dan dalam untuk memastikan dan menentukan jenis dan derajat gangguan pendengaran.
Petugas yang memberikan pelayanan kesehatan bagi tunawicara diharapkan dapat lebih sabar dan berbicara dengan menggunakan mimik yang jelas dan keterarah jawaban (berhadap-hadapan) agar komunikasi dapat berjalan lancar.
Cara membantu tunawicara:
a) Bicara harus jelas dengan ucapan yang benar
b) Gunakan kalimat sederhana dan singkat
c) Gunakan komunikasi non verbal seperti gerak bibir atau gerakan tangan
d) Gunakan pulpen dan kertas untuk menyampaikan pesan
e) Bicara berhadapan muka
f) Latihan gerak bibir dengan cermin
g) Latihan menggunakan bahasa isyarat
h) Jika masih memungkinkan, periksakan kepada tenaga profesional untuk mendapatkan alat bantu dengar.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar rasyid, 2011. Memahami Berbagai Macam Kebutuhan Tunawicara. (online) (kartunet.com, 24 april 2012)
Bagaspati, Pelayanan Kesehatan pada Anak Penyandang Cacat. (online)
(http://www.smallcrab.com/anak-anak/1055-pelayanan-kesehatan-pada-anak-penyandang-cacat, 29 april 2012)
No comments:
Post a Comment